Tentang Kasih..

Selasa, 17 November 2009

1Kor 13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
1Kor 13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
1Kor 13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
1Kor 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
1Kor 13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
1Kor 13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidak-adilan, tetapi karena kebenaran.
1Kor 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
1Kor 13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
1Kor 13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

Mazmur 23

23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Sang Penulis

Jumat, 13 November 2009

Kehidupan abad kesembilan belas telah menyebabkan seorang pemuda London berumur sepuluh tahun mengalami nasib buruk. Sementara ayahnya mendekan di penjara karena terlilit utang,perutnya berkali-kali mengalami kejang-kejang yang menyakitkan karena kelaparan. Agar bisa makan,anak itu bekerja sebagai penempel label pada botol di sebuah gudang kumuh yang juga sarang tikus. Ia tidur di sebuah kamar loteng yang jauh dari nyaman bersama dua anak jalanan lain,sementara ia diam-diam bercita-cita menjadi seorang penulis. Dengan hanya empat tahun mengecap pendidikan sekolah,tidak heran bila ia hampir tidak mempunyai rasa percaya diri atas kemampuannya. Agar tidak menjadi bahan tertawaan sebagaimana dugaannya,ia menyelinap diam-diam di tengah malam untuk mengeposkan naskah pertamanya.
Kisah demi kisah yang dikirimkannya ditolak,sampai akhirnya ada sebuah yang diterima. Ia tidak dibayar,namun tetap salah seorang editor memuji karyanya.
Pengakuan yang diterimannya dengan dicetaknya salah satu tulisannya membawa suatu perubahan dalam hidupnya. Andaikata bukan karena dorongan semangat dari editor itu, ia mungkin akan menghabiskan masa kerjanya di pabrik penuh tikus itu.
Anda mungkin telah mendengar anak ini, yang buku-bukunya telah mendorong terjadinya begitu banyak reformasi dalam perlakuan terhadap anak-anak dan kaum miskin : nama anak itu Charles Dickens, pengarang A Christmas Carol

Ketabahan

Kamis, 12 November 2009

Ketika seluruh dunia semakin suram
Dan semua tampak tidak begitu jelas,
Ketika bayang-bayang tampak mulai menggantung
Tuhan,tabahkanlah aku.
Ketika segalanya telah dicoba
Dan kelihatannya tidak ada jalan,
Buatlah aku tetap ingat
Kadang-kadang perjalanan memang lambat.
Aku mungkin hanya perlu berhenti dan beristirahat
Sepanjang lintasan yang kutempuh,
Saatnya untuk mencoba mengerti
Dan berbicara dengan Tuhan.
Setelah kudapat kekuatan baru untuk lanjut
Tanpa ragu atau takut,
Bagaimanapun aku tahu masalah akan beres,
Maka,tabahkanlah aku.

Dia Sahabat Saya

Apa pun sasaran yang mereka tuju,peluru mortir itu mendarat di sebuah panti asuhan yang dikelola oleh sebuah perkampungan kecil Vietnam.Misionaris dan satu atau dua anak langsung tewas secara mengerikan,sedangkan beberapa anak lain terluka,termasuk seorang gadis kecil sekitar delapan tahun.
Orang-orang dari kampung itu segera meminta pertolongan medis dari sebuah kota terdekat yang memiliki hubungan dengan tentara Amerika.Akhirnya,seorang dokter dan seorang perawat dari AL Amerika tiba di situ dengan sebuah Jeep yang hanya membawa obat-obatan dan peralatan medis.Mereka menemukan bahwa cedera anak perempuan itu paling kritis.Tanpa tindakan cepat,ia akan meninggal karena shock dan kehabisan darah.
Tranfusi darah merupakan sesuatu yang tidak dapat di tawar,dan untuk itu diperlukan darah yang jenisnya sama.Pengujian secara cepat menunjukan bahwa di antara orang Amerika tidak ada yang memiliki golongan darah yang sama,tetapi bebeapa anak panti yang tidak terluka memilikinya.
Sang dokter tidak begitu menguasai bahasa Vietnam,sedangkan bahasa Perancis sang perawat hanya sebatas yang diperolehnya di SMU.Dengan kombinasi itu,ditambah bahasa isyarat,mereka mencoba menerangkan kepada anak-anak yang masih ketakutan itu bahwa kecuali bila darahnya yang banyak keluar itu diganti,gadis kecil itu akan meninggal.Kemudian,mereka bertanya apakah ada di antara mereka yang bersedia memberikan darah.
Permintaan itu ditanggapi dengan diam seribu bahasa. Setelah agak lama,seorang anak mengacungkan tangannya perlahan-lahan tetapi dalam keraguannya ia menurunkannya lagi,walaupun kemudian mengacungkan tangannya lagi.
"Oh,terima kasih," kata sang perawat dalam bahasa Perancis. "Siapa namamu?"
"Heng," jawab anak itu
Heng dengan cepat berbbaring di atas tandu,lengannya diusap dengan alkohol,dan kemudian sebatang jarum dimasukan ke dalam pembuluh darahnya.Selama proses ini Heng berbaring kaku,tidak bergerak.
Namun beberapa saat kemudian,ia menangis terisak-isak,dan dengan cepat menutup wajahnya dengan tangannya yang bebas.
"Apakah km kesakitan,Heng?" tanya dokter itu.Heng menggelengkan kepalanya,tetapi tidak lama kemudian ia terisak lagi,walaupun berusaha menahan tangisnya itu.Sekali lagi sang dokter bertanya apakah jarum yang dipakai membuatnya sakit,dan sekali lagi Heng menggelengkan kepala.
Akan tetapi,sekarang isak yang tertahan-tahan berubah menjadi tangisan yang memilukan.Matanya dipejamkannya rapat-rapat,sedangkan tangannya berusaha menutup mulutnya untuk menahan isak.
Tim medis itu menjadi khawatir.Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Untunglah,seorang perawat Vietnam segera datang.Melihat anak kecil yang begitu tertekan,ia berbicara dengan cepat dalam bahasa Vietnam,mendengar jawaban anak itu,kemudian membalas dengan suara yang menghibur.
Tidak lama kemudian,anak itu berhenti menangis dan memandang dengan mimik bertanya kepada sang perawat Vietnam. Ketika perawat itu mengangguk,tampak sinar kelegaan menyebar pada seluruh wajahnya.
Sambil melihat ke atas,perawat itu berkata lirih kepada tim medis Amerika, "Ia mengira bahwa ia akan mati. Ia salah paham. Ia mengira anda memintanya memberikan seluruh darahnya supaya gadis kecil itu dapat hidup."
"Tapi mengapa ia bersedia melakukannya?" tanya perawat angkatan laut.
Perawat Vietnam itu kembali bertanya pada anak lelaki yang sedang menyumbangkan darah,yang menyahut singkat,
"Ia sahabat saya."